Minggu, 08 Juli 2012

TAUJIH

Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan amanah dari seseorang. Awalnya saya merasa berat, tapi setelah dipikir-pikir, sekalian ngerjain skripsi, maka lakukanlah yang bermanfaat untuk orang lain walaupun itu tidak seberapa.
4 hari  yang lalu saya mendapatkan pelajaran tentang mengenal karakter dari beberapa orang, banyak sekali karakter orang-orang yang membuatku lucu dan tersenyum melihatnya. Mungkin hati dan lidah ini tidak berbicara, tapi sikaplah yang berbicara. Walaupun diam melihat karakter-karakter itu, hanya bisa tersenyum melihatnya. Karena bingung mau ngomong apa.
4 hari yang lalu saya diamanahkan menjadi PJ konsumsi musyawarah daerah kammi daerah bandung. Dalam hal ini, saya menemukan berbagai jenis karakter seseorang. Dari sanalah saya bisa belajar tentang lebih memahami karakter orang lain, dengan berbagai karakter yang ditampilkannya. Dari cara menerima konsumsi saja sudah terbaca bagaimana sikap atau sifat asli orang yang menerima konsumsi itu. Berbagai macam karakter saya temukan. Setidaknya menjadi pelajaran untuk saya kedepannya, semoga saya tidak seperti itu terhadap orang lain dan Alhamdulillah sampai sekarang saya tidak pernah seperti itu.
1.       Orang yang ikhlas, tergambar dari cara beliau menerima konsumsi yang diberikan oleh pihak koki dadakan, hehe.. dari raut wajahnya, jika dia berkata “Alhamdulillah sudah masak” dan dia mengkonsumsi apa yang sudah ada, dan menerima apa adanya, tidak banyak komentar. Itulah orang yang ikhlas. Dan ketika ada yang tidak suka dengan masakannya, beliau berkata “alhamdulillah, semoga Allah ridho” karena, itu hanya penilaian manusia bukan penilaian Allah.
2.       Orang yang menghargai orang lain, tergambar dari saat menerima konsumsi beliau tidak berkomentar “ih, kok masakannya ini sih, kenapa ga ayam???” misalnya, yang disediakan itu sayur tumisan dan teman nasi seadanya, yang memang masak sesuai bahan dan menu yang telah disiapkan. Orang yang menghargai orang lain, beliau akan tetap mengambil konsumsi itu tanpa berkata demikian, karena sudah tau bagaimana usaha para koki dadakan itu menyiapkan masakan itu untuk tetap tersaji di meja makan. Dan setelah disediakan, beliau mengucapkan “Alhamdulillah, terima kasih” itu kata-kata yang sangat menghargai orang lain. Bukan kata-kata yang menjatuhkan orang lain. Dan bukan malah meninggalkan makanan itu dengan sia-sia. Itu khan sama saja dengan mencaci makanan juga. Padahal dalam Al Qur’an saja tidak diperbolehkan mencaci makanan. Karena banya orang-orang diluar sana yang memang tidak bisa makan sesuap nasi pun. Mudah-mudahan semuanya memahami makna Al Baqarah: 172.
3.       Orang yang cepat tanggap, tergambar ketika ada orang lain yang sedang membutuhkan langsung reaktif, dan langsung membantu dengan kongkrit. khususnya pihak konsumsi. Bukan berkomentar tapi tidak solutif.
4.       Orang yang percaya pada orang lain, tergambar ketika pada saat memasak dia percaya kalau yang masak itu bisa melakukan amanahnya dengan baik. Bukan malah mencurigai dia tidak akan amanah menjalankan amanah itu. Artinya tidak bisa masak, misalnya. Jadi ternyata tidak semua orang memahami ilmu tsiqoh, karena sangat jarang menemukan orang yang kaya gini di musda.
5.       Orang yang sabar, ketika mendapat komentar masakannya ini itu dan lain sebagainya dia tidak marah atau melankolis. Tapi, sikapilah dengan tetap tersenyum dan hati yang lapang dengan memahami bahwa karakter orang itu berbeda-beda. Dan ketika makanan belum siap, tidak menuntut terus menerus, tapi membantu apa yang bisa dibantu. Itu lebih kongkrit dibandingkan dengan kita terus menerus menuntut sesuatu yang belum ada.
6.       Penghibur, jika ada pihak yang sedang merasakan sesuatu yang bertolak belakang dengan hatinya, misalnya ada yang mengatakan sesuatu tentang masakannya, dia malah membela si koki itu.
7.       Orang yang menjaga perasaab orang lain. Ini ketika menemukan sesuatu yang tidak disukai yang berkaitan dengan konsumsi, tidak diutarakan didepan umum, cukup antara satu pihak dengan pihak yang bersangkutan saja, jangan malah mempermalukan di depan umum, karena itu akan menyakitkan perasaan orang lain.
8.       Toleransi, menghargai apa yang sudah dilakukan oleh konsumsi dengan memaklumi jika terjadi kesalahan, misalnya telat karena satu bahan belum ada atau peralatan belum tersedia. Bukan malah menuntut konsumsi. Itu akan membebani.
Tapi dari semua karakter yang ditunjukkan, saya jadi bisa belajar tentang memahami karakter orang lin, ternyata karakter aktifis juga lucu. Jadi, ya memang semua orang sama. Dan lebih diluruskan lagi, apa yang dilakukan oleh kita itu karena Allah, sapapun yang menilai itu tidak berpengaruh oleh salah satu pihak, karena semua yang dilakukan karena Allah semata dan yang berhak menilai kinerja kita hanya Allah saja karena Allah Maha Pembalas segala amal. Jadi lakukan yang terbaik walaupun dengan rasa ringan ataupun berat, karena itu sudah hakikat dalam perjuangan. Seberapa besar kita dapat berkorban untuk gerakan ini, luruskah niat kita hanya karena Allah atau karena manusia? Oleh karena itu, luruskan niat, sempurnakan ikhtiar.
Cukup hanya kita dan Allah saja yang tau jawabannya. Semoga Allah rihdo dan selalu memudahkan jalan yang dilalui oleh kita selama menempuh jalan yang terjal menuju perahu dakwah itu. Perahu dakwah itu tetap berjalan walau hanya disokong oleh satu orang saja, tetapi ketika tidak ada yang menyokong maka perahu tidak akan berjalan. Yang berbeda adalah jika banyak orang yang menyokong perahu itu, maka beban akan terasa ringan dibandingkan dengan disokong oleh satu orang. Jadi, dalam berdakwah itu kita butuh kerjasama tim, bukan kerja individu dan keegoisan masing-masing personal. Jika salah satu ada yang tersakiti dan memerlukan bantuan, seorang kader yang baik adalah langsung membantu sebisa mungkin dengan melakukan yang terbaik. Karena kita adalah SUPER TEAM, Bukan SUPER MAN.
Ketika diri ini memiliki kehendak dan kehendak itu akan mendzalimi sahabat kita sendiri, maka lebih baik jangan dilakukan, karena ukhuwahlah dakwah itu bisa tetap berjalan. Jika ukhuwah itu tidak ada, maka lama kelamaan dakwah itu rapuh. Biarkan dakwah itu dinikmati oleh semua orang dan semua kalangan. Tidak ada keegoisan dalam berdakwah, tidak ada penyakit hati. Karena penyakit hati itulah yang akan meruntuhkan dakwah kita. Hanya kitalah yang dapat menentukan dakwah ini hendak dibawa kemana. Hanya kitalah yang menentukan arah perahu itu hendak dibawa kemana, dengan mengharap pertolongan Allah semoga perahu itu sampai pada tujuan. Bangunlah terus komunikasi dan ukhuwah, yang keduanya dapat meguatkan kinerja dakwah kita.
Teruslah berjuang, karena dakwah itu perlu perjuangan dan pengorbanan serta amal yang nyata. Bukan banyak bicara tetapi sedikit amal. Tetapi banyak beramal dan bicaralah seperlunya. Buang jauh-jauh kesia-siaan itu. Semoga Allah meridhoi dan memudahkan langkah kita dalam berdakwah. Berikanlah walupun itu hanya sedikit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar