Hasan al banna berkata : “ada tingkatan amal yang dituntut dari seorang
al akh (saudara muslim) yang tulus” adalah sebagai berikut :
1. Ishlahun Nafs (Perbaikan Diri Sendiri)
Sebelum
berdakwah, kita mesti memperbaiki diri sendiri, dan lakukan sesuatu
yang akan kita dakwahkan terlebih dahulu. Jangan sampai kita kaburo
maktan, Na’udzubillah. Sebelum kita menyuruh orang lain untuk melakukan
kebaikan, maka kita harus melakukan terlebih dahulu. Sama halnya jika
kita ingin berdakwah kepada orang lain, langkah awal yang harus
dilakukan adalah memperbaiki diri sendiri, supaya dakwah kita mudah
tersampaikan dan dapat diterima oleh masyarakat. Karena apa yang kita
sampaikan akan terus diingat oleh orang yang menjadi objek dakwah kita
itu. Dan bisa jadi apa yang kita katakan adalah menjadi teladan bagi
siapapun yang mendengar atau menyimaknya. Maka disini sangat penting,
sebelum kita menyampaikan sesuatu kepada orang lain, kita sudah
melaksanakan apa yang kita sampaikan tersebut. Karena Imam Hasan Al
Banna tidak pernah menyampaikan sesuatu yang belum pernah dilakukannya.
Karena seburuk-buruknya orang adalah orang yang mengajak dan
memerintahkan orang lain dalam kebaikan sedangkan ia tidak melaksanakan
apa yang ia perintahkan tersebut.
2. Takwin Baitul Muslim (Pembentukan Keluarga Muslim)
Sulit
memang jika kita berdakwah dalam keluarga sendiri, tapi memang sebelum
berdakwah kepada orang lain, maka kondisikan terlebih dahulu keluarga
kita. Karena bagaimanapun keluarga kita adalah orang yang paling
terdekat dengan kita. Sungguh sangat penting bagi kita juga dalam
memilih pasangan hidup, kita harus dapat memilihnya yang sama dengan
kita dan dapat diajak berdakwah. Seringkali tantangan kita dalam
berdakwah adalah keluarga kita, karena begitu mudah berdakwah kepada
orang lain sedangkan keluarga kita sendiri belum terkondisikan. Oleh
karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengkondisikan keluarga kita
sebelum berdakwah kepada orang lain. Ini adalah tantangan bagi kita.
Karena dakwah di keluarga memang tidak mudah, karena mereka yang tahu
bagaimana kita sebenarnya, yang perlu dikuatkan disini adalah bagaimana
kita dapat mayakinkan kepada mereka tentang apa yang kita ucapkan dan
mempertanggungjawabkan.
3. Irsyadul Mujmata’ (Pembibingan Masyarakat)
Ukhuwah
yang terbina jika masyarakat di sekitar kita sudah merasa nyaman dengan
kita. Dengan ukhuwah tersebut, kita dapat melakukan bimbingan kepada
masyarakat, dengan melakukan pendekatan kepada mereka, mendengarkan
keluh kesahnya dengan seksama kemudian kita berikan solusi dengan
bimbingan islam yang telah diajarkan. Bimbingan kepada masyarakat dapat
dilakukan dengan kita masuk dalam kehidupan mereka dan mencair dengan
mereka dan kita yang mewarnai mereka bukan kita yang terwarnai. Dengan
demikian, tentunya masyarakat akan merasa nyaman ketika berinteraksi
dengan kita sehingga kitapun mudah masuk untuk memberikan bimbingan
kepada mereka dan mudah untuk mengarahkan mereka.
4. Tahrirul Wathan (Pembebasan Tanah Air) Dari Setiap Penguasa Asing (Non Muslim)
Tanah
air kita Indonesia berada dalam kondisi ini, secara pemerintahan sudah
terbebas dari jajahan asing, namun belum merdeka di bidang-bidang
lainnya. Seperti bidang ekonomi, kita masih menganut system ekonomi
liberal yang diadopsi dari Negara asing, serta produk yang beredar dalam
masyarakat kita masih tunduk pada asing karena kebanyakan barang-barang
yang kita pakai adalah bukan produksi Negara kita sendiri. Hutang kita
kepada Negara asingpun masih banyak, sehingga berdampak signifikan
terhadap system perekonomian kita saat ini sejak orba ditumbangkan.
Aneh, padahal kita mempunyai kekayaan alam yang melimpah ruah, namun
kita tidak mampu mengolahnya secara kreatif sehingga bahan mentah itu
dijual ke asing dan setelah diolah menjadi barang jadi malah di ekspor
kepada sang pemilik barang mentah ini, ya Indonesia! Barang yang kita
jual dibeli kembali oleh kita dengan harga yang sangat mahal, ini adalah
bentuk penjajahan secara ekonomi. Mungkin kita tidak menyadari, karena
para penguasa sibuk mencari celah kosong untuk mendapatkan uang yang
banyak dengan cara yang instan, ya betul sekali dengan korupsi. Korupsi
sangat merajalela di Negara kita, sehingga kita mendapatkan peringkat
kelima karena prestasi kita dalam bidang pengkorupsian uang Negara
dinilai sangat mahir. Memalukan! Negara islami kok korupsi. Miris sekali
melihat kondisi negeri kita sekarang. Kita ini sedang dijajah secara
ekonomi namun pemerintah tidak menyadarinya, sampai sekarang masih saja
tunduk pada penguasa asing untuk melakukan kerjasama. Awalnya saja
kerjasama padahal kita sedang dimonopoli, bilangnya membantu padahal itu
merupakan bagian monopoli mereka terhadap Negara kita. Tapi kenapa
pemerintah Indonesia tidak sadar-sadar? Bego amat! Dalam hal ini, yang
perlu diperbaiki adalah system ekonomi kita jangan menganut system
ekonomi asing, karena sangat merugikan kita sendiri. Bukankan dalam
islam sudah mengajarkan bahwa system riba itu haram, lantas kenapa masih
tetap dilakukan. Itulah sebabnya kita perlu masuk dalam system tersebut
supaya dapat merubah menjadi system islam yang bersih dari segala hal
yang mengotori islam itu sendiri. Jika negeri ini dibangun dengan
syariat islam maka tidak ada perusakan di segala lini karena yang kita
anut berdasarkan apa yang diajarkan oleh Al Qur’an. Dari mulai masalah
keluarga sampai masalah perekonomian pemerintahan sekalipun.
5. Ishlahul Hukumah (Perbaikan Keadaan Pemerintah) Sehingga Menjadi Pemerintahan Islam Yang Baik
Untuk
dapat mewujudkan tahap ini, adalah dengan memperbaiki birokrat-birokrat
yang dibawahnya terlebih dahulu kemudian baru jika sudah terkondisikan
kita memperbaiki pemerintahan yang diatasnya. Kita dapat melakukan
perbaikan dengan melakukan penolakan-penolakan terhadap kebijakan yang
tidak sesuai dengan syariat islam dan tidak mendukung rakyat, kita harus
tegas untuk menurunkan pemerintah yang dzalim tersebut. Saat ini Negara
kita masih didominasi oleh kemodernitasan sehingga masyarakat enggan
dan tidak mau mengurusi permasalahan Negara. Jarang sekali masyarakat
yang kritis terhadap masalah negaranya karena telinga dan mata mereka
ditutup oleh system globalisasi dan modernisasi.
6. Iqamatul Khilafah
(Mengembalikan Tegaknya Kekuasaan Khilafah) Yang Telah Hilang Serta
Mewujudkan Persatuan Yang Diimpi-Impikan Bersama
Siapapun sungguh
sangat merindukan khilafah, karena ini adalah wujud dari kesempurnaan
islam dan kejayaan islam kembali dimulai. Saat ini islam mengalami
kemunduruan karena pemimpinnya yang tidak mendukung tegaknya izzah
islam. Tanpa mengenal rasa takut, kita mesti bergerak untuk mewujudkan
izzah islam dengan menyebut asma Allah. Tegakkan panji-panji islam untuk
menumbangkan kedzaliman dengan menyatukan umat islam untuk mencapai
tujuan kemenangan islam. Membuat perubahan di negeri ini untuk
menegakkan kekuasaan khilafah. Bergerak untuk bersatu merapatkan barisan
demi membebaskan negeri ini dari segala penindasan dan penguasaan
asing. Menuju tegaknya izzah islam. Kami rindu khilafah itu tegak di
muka bumi khususnya negeri kita Indonesia. Untuk mewujudkan mimpi ini
adalah dengan merubah system pemerintahan dengan konsep islam yang telah
diajarkan dalam kitab Al Qur’an.
7. Ustadziyatul ‘Alam (Penegakan Kepemimpinan Dunia) Dengan Penyebaran Dakwah Islam Di Seluruh Negeri
Jika
kita sudah melewati dan berhasil menegakkan tahap sebelumnya maka kita
dengan mudah mencapai tujuan ini yaitu penyebaran dakwah di seluruh
negeri. Kami rindu tahap ini terlaksana. Mari bersatulah umat muslim
seluruh dunia untuk menegakkan izzah islam.
(membina angkatan mujahid, sa’id hawwa, eara intermedia, hal : 164-166)
Konsep tarbiyah hasan al banna :
Untuk
melaksanakan tahapan diatas maka seseorang itu perlu dibina. Oleh
karena itu, konsep ini sungguh sangat penting dalam pergerakan dakwah
kita. Manhaj At Takwin Wat Tarbiyah (konsep kaderisasi dan pembinaan).
Dalam hal ini tarbiyah merupakan sebuah system sekaligus proses
pendidikan, pembentukan, pembinaan, atau kaderisasi yang diwariskan
Hasan Al Banna kepada generasi pengemban dakwah islam. Melalui takwin
inilah kita dapat melahirkan kader muslim yang handal. Hasan Al Banna
merupakan murabbi awal gerakan islam yang pada masa sekarang telah
sukses menduplikasi dalam wujud generasi dakwah ikhwanul muslimin.
Konsep
tarbiyah inilah yang nantinya akan membantu dalam proses pembentukan
pribadi muslim tersebut seperti yang dijelaskan diatas. Dalam hal ini
kita mempunyai sarana untuk membantu terwujudnya langkah ini. Kita dapat
menyimpulkan bahwa konsep tarbiyah dan pembentukan karakter muslim itu
sangat ada korelasi dan untuk mencapai semuanya kita perlu sarana yang
mendukung. Sarana tersebut adalah suatu objek yang dapat membina dan
membentuk kepribadian muslim menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Sarana Pembentuk Pribadi Muslim :
1. Murabbi (pembinaan)
2. Manhaj (sistem)
3. Bi’ah shalihah (lingkungan yang sehat)
Serangkaian
kegiatan tadi adalah jihad. Jihad itu harus dilandasi dengan iman yang
kuat, Imam Hasan Al Banna memberikan slogan yang dapat dijadikan pedoman
dalam berjihad.
Slogan Pedoman Dakwah Hasan Al Banna :
1. Allah Ghayatuna (Allah tujuan kami)
“Barang siapa mati, sedangkan ia belum pernah bereperang atau berniat untuk bereprang, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah”
Berdasarkan
hadits Rasulullah diatas maka dapat kita simpulkan bahwa jihad adalah
sebuah kewajiban yang hukumnya tetap sampai hari kiamat. Niat awal
berjihad adalah karena adanya pengingkaran dalam hati, yang tujuan
akhirnya adalah berperang di jalan Allah. Bentuk jihad itu
bermacam-macam, yaitu dengan tulisan, tangan dan lisan yang benar
terhadap penguasa tirani yang dzalim. Dakwah belum lengkap jika kita
belum berjihad, itu ungkapan Hasan Al Banna. Oleh karena itu, jika kita
ingin menyempurnakan perjalanan dakwah kita, maka berjihadlah semampu
kita. Pengorbanan orang yang berjihad di jalanNYA akan ditebus dengan
pahala yang nilainya berlipat-lipat di surgaNYA kelak. Hal ini sesuai
dengan Firman Allah sebagai berikut:
“Berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad.” (QS. Al Hajj:78)
Maka,
kenapa kita masih ragu untuk berjihad di jalan Allah, sedangkan janji
Allah itu pasti diberikan kepada hamba-hamba yang rela berkorban di
jalanNYA.
2. Al Jihad Sabiluna (Al Jihad jalan kami)
Imam Hasan
Al Banna telah mengisi hidupnya dengan kerja dakwah dan jihad di jalan
Allah. Jihad harus dilandasi dengan Tadhhiyah (pengorbanan). Pengorbanan
dalam hal ini bisa dalam bentuk jiwa, harta, waktu, kehidupan dan
segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang untuk meraih tujuan. Tidak
ada perjuangan di dunia tanpa dilandasi dengan Tadhhiyah. Namun, kita
seringkali mengartikan pengorbanan secara sempit, sehingga kita ragu
untuk berkorban di jalanNYA, padahal janji Allah begitu nyata. Harus
dibedakan disaat orang lain bersantai di rumah, sedangkan kita ikut
dalam barisan aksi untuk membela keadilan dan kesejahteraan rakyat,
serta menegakkan syariat islam di muka bumi dengan meruntuhkan pemimpin
tirani yang dzalim. Jika engkau masih ragu untuk berjihad dengan
Tadhhiyah yang engkau miliki, maka tidak ingatkah engkau apa yang Allah
firmankan sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka” (QS. At Taghabun:111)
Kesyahidan
Imam Hasan Al Banna Rahimahullah telah menjadi inspirasi bagi kita kaum
muslimin, bahwa dalam berjihad kita memerlukan Tadhhiyah yang kuat.
Bangsa Indonesia juga punya kisah tersendiri sepanjang sejarah yang
melukiskan pengorbana seorang Muhammad Toha dalam membela tanah air
tercinta, Indonesia. Namanya juga diabadikan menjadi jalan besar di Kota
Bandung. Beliau adalah seorang pelaku ‘Amaliyatul Istisyahd (Operasi
Syahid) ketika beliau meledakkan gudang amunisi Belanda dengan
kehancuran dirinya sekaligus didalamnya. Peristiwa ini kemudian dikenal
dengan “Bandung Lautan Api”. Kitapun tidak begitu saja tega mengatakan
kalau kejadian tersebut adalah peristiwa bom bunuh diri. Darah para
syuhada pada hakikatnya dapat menyuburkan tanah yang terkena siraman
darahnya.
Sungguh sangat penting jika kitapun mengikuti jejak langkah
mereka yang telah syahid di jalan Allah. Sehingga kita dikumpulkan
bersama para Nabiyyin, Shiddiqin, Syuhada dan Shalihin. Lalu, apa lagi
yang membuat kita ragu untuk pergi ke medan jihad, manakala medan jihad
itu sangat nyata nampak di hadapan kita. Apakah kita lari dari semua
masalah ini? Apa kamu tidak yakin akan janji Allah yang begitu nyata
sebagaimana firmanNYA:
“Diantara orang-orang mu’min itu ada
orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah
maka dianatar mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka ada pula yang
menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya.” (QS. Al
Ahzab:23)
Lalu masih ragukah kamu saat ini untuk melakukan jihad
dengan Tadhhiyah? Siapkah untuk bertadhhiyah dijalanNYA? Apa yang kamu
miliki sekarang semuanya akan kembali kepada pemilikNYA. Begitupun diri
ini, harta kita, orangtua kita, apapun yang kita miliki semuanya akan
kembali kepada Sang Pemilik. Apapun yang ada di dunia ini adalah
titipan, jadi jangan kaget atau shock jika apa yang kita miliki diambil
oleh pemilikNYA. Belajarlah dari tukang parker yang sering menerima
titipan orang, dan bergembira disaat titipan itu diambil, dia tidak
mengharapkan apa-apa karena dia tau barang yang dititipkannya itu adalah
sementara. Begitupun dengan kita, untuk apa kita ragu untuk
mengembalikan semua pinjaman kita kepada pemilikNYA. Sangat memalukan
jika hati kita masih ada rasa ragu! Astaghfirullah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar