Perjuangan yang
menyisakan kenikmatan setelah melewati berbagai kesulitan. Adalah suatu
kemestian jika pengorbanan itu harus selalu ada dalam setiap desah
perjuangan ini. Jangan pernah mengaku diri ini aktivis dakwah, jika
penngorbanan itu tidak sebanding dengan amal. Jangan bangga disebut
aktivis dakwah jika apa yang kita lakukan tidaklah berbeda dengan apa
yang semestinya disyari’atkan. Ikhlas adalah modal dalam setiap
perjuangan, apapun yang telah kita lakukan adalah sebagian dari ikhtiar,
Allahlah penetu akhir dari segalanya. Dan keinginan kita itu tidak
harus sesuai dengan apa yang Allah berikan kepada kita. Hasil yang “mau”
atau “tidak mau” harus kita terima dengan lapang dada. Ikhlas itu hadir
ketika hati ini sudah terpaut kepadaNYA dan tidak ada yang menjadi
sandaran selain Allah, karena jika kita bersandar pada manusia maka
berujung pada kekecewaan, sedangkan Allah tidak pernah mengecewakan
hambaNYA. Maka, nikmat mana lagi yang Engkau dustakan? Jawabannya
adalah, TIDAK ADA. Banyak yang bertanya, apakah pembinaan itu suatu
kewajiban dan harus terikat? Maka jawab saja kalo itu sebagian dari
penguatan internal, karena hidup itu kita membutuhkan evaluasi dari
orang lain. Memang kita juga bakal menemukan evaluasi bukan hanya dari
pembinaan, tetapi memang ukhuwahlah yang menjadi penguat ruhiyah kita.
Ukhuwah itu harus dijaga, dan jangan membiarkan ia pergi, karena kita
membutuhkannya. Pembinaan itu bukan sekedar menyisakan waktu luang, atau
mengisi waktu luang, tapi itu adalah kebutuhan. Jadi dalam keadaan
apapun, jika alasan itu tidak penting dan mendesak, maka kita harus
menghampirinya.
Ada yang bilang tujuan kita hidup di dunia adalah khilafah. Padahal, itu keliru. Khilafah itu adalah output dari apa yang kita usahakan. Apa yang kita usahakan? Dakwah kita selama ini. Jika kita berhasil dalam berdakwah, baik eksternal maupun internal, maka khilafah itu akan muncul dengan sendirinya. Jadi, intinya khilafah itu Fee, bonusnya ketika kita berhasil dalam berdakwah. Analoginya seperti ini, jika kita hendak melaksanakan Shalat, tidak secara tiba – tiba kita langsung melaksanakan shalat. Kita harus berwudhu dulu, menutup aurat terlebih dahulu, barulah kita bisa melaksanakan shalat. Dalam shalat itu khan terdapat banyak do’a, nah itulah bonusnya. Begitupun khilafah, khilafah itu bonus dari aktivitas dakwah kita. Tidak langsung kita tiba – tiba memunculkan khilafah tanpa usaha dan pengorbanan.
Dalam dunia perjuangan, kita yang harus menyesuaikan kondisi lingkungan di sekitar kita supaya apa yang kita sampaikan itu dapat diterima. Bukan malah pergi dan menyalahkan tindakan tersebut, yang katanya dalam agama islam tidak boleh mencampurkan antara yang benar dan yang salah. Memang benar anggapan ini juga, tetapi tidak selamanya itu dapat dibenarkan. Karena kita tidak pernah mencampurkan antara yang benar dan salah. Sampaikanlah, walaupun menyakitkan. Selama tidak bertentangan dengan ajaran islam, maka sampaikanlah. Jangan takut, Karena Allah selalu bersama hamba – hambaNYA yang senantiasa berupaya menyampaikan risalahNYA. Maka buanglah permasalahan-permasalahan internal dalam diri kita, karena itu adalah penghambat gerak perjuangan kita. Berkatalah yang baik atau DIAM. Lebih baik diam, daripada ketika kita berbicara malah akan menyebabkan kerikil dakwah yang sering disepelekan. Masalah sepele bisa berdampak signifikan jika dibiarkan saja. Lebih baik diam, jika perkataan itu akan berujung pada perdebatan. Jika ada yang berkata bahwa kita itu mengikuti system yahudi, memang benar. Tapi tidak serta merta kita langsung menyalahkan saudara kita. Tetapi, lakukanlah kegiatan yang dapat mewarnai system tersebut dengan menyelipkan beberapa konsep ilmu yang kita pahami. Jangan sampai system itu yang mendominasi. Negeri kita, Indonesia adalah berbeda dengan Negara Arab Saudi tempat kelahiran para Nabi. Jadi jangan samakan berdakwah di Arab Saudi dengan Negeri kita sendiri, tetapi disesuaikan dengan kondisi negeri itu sendiri. Seperti yang saya katakana terlebih dahulu bahwa kita menyesuaikan cara kita dalam berdakwah agar dapat diterima dengan mudah oleh orang disekitar kita.
Apa yang kita lakukan juga harus kita fahami terlebih dahulu, karena jika sekedar mengikuti orang lain maka apa yang kita dapatkan hanya rasa kepatuhan tanpa memahami kita itu sebenarnya mematuhi aturan apa. Dalam hal ini, ikhlas tetap menjadi penguat perjuangan dan pengorbanan kita. Karena jika ikhlas itu hilang, maka apapun yang kita lakukan terasa berat, padahal tidak jika kita dapat menempatkan ikhlas dalam hati kita.
Kata-kata terkahir dan penutup, ikhlas itu adalah batas langit yang kita tidak pernah mengetahui ujung dari keihlasan itu. Ikhlas itu ibarat tiang yang tidak tampak. Ia kokoh menopang bintang. Ikhlas itu seperti matahari, ia member cahaya namun tak pernah menghitung dan memintanya kembali. Ikhlas itu sulit namun damai, bila ikhlas itu selalu ada bersama hati kita. Ikhlas tidak pernah menghitung apa yang ia berikan, namun ia akan terus berbagi.
Tetaplah istiqomah dan ikhlas dalam menjalankan amanah dan perjuangan itu. Yakinlah bhawa Allah selalu membimbing kita untuk menjalankan semuanya. Bertawakallah, karena Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hambaNYA.
Keep Istiqomah dan ikhlas …..^_^
Ada yang bilang tujuan kita hidup di dunia adalah khilafah. Padahal, itu keliru. Khilafah itu adalah output dari apa yang kita usahakan. Apa yang kita usahakan? Dakwah kita selama ini. Jika kita berhasil dalam berdakwah, baik eksternal maupun internal, maka khilafah itu akan muncul dengan sendirinya. Jadi, intinya khilafah itu Fee, bonusnya ketika kita berhasil dalam berdakwah. Analoginya seperti ini, jika kita hendak melaksanakan Shalat, tidak secara tiba – tiba kita langsung melaksanakan shalat. Kita harus berwudhu dulu, menutup aurat terlebih dahulu, barulah kita bisa melaksanakan shalat. Dalam shalat itu khan terdapat banyak do’a, nah itulah bonusnya. Begitupun khilafah, khilafah itu bonus dari aktivitas dakwah kita. Tidak langsung kita tiba – tiba memunculkan khilafah tanpa usaha dan pengorbanan.
Dalam dunia perjuangan, kita yang harus menyesuaikan kondisi lingkungan di sekitar kita supaya apa yang kita sampaikan itu dapat diterima. Bukan malah pergi dan menyalahkan tindakan tersebut, yang katanya dalam agama islam tidak boleh mencampurkan antara yang benar dan yang salah. Memang benar anggapan ini juga, tetapi tidak selamanya itu dapat dibenarkan. Karena kita tidak pernah mencampurkan antara yang benar dan salah. Sampaikanlah, walaupun menyakitkan. Selama tidak bertentangan dengan ajaran islam, maka sampaikanlah. Jangan takut, Karena Allah selalu bersama hamba – hambaNYA yang senantiasa berupaya menyampaikan risalahNYA. Maka buanglah permasalahan-permasalahan internal dalam diri kita, karena itu adalah penghambat gerak perjuangan kita. Berkatalah yang baik atau DIAM. Lebih baik diam, daripada ketika kita berbicara malah akan menyebabkan kerikil dakwah yang sering disepelekan. Masalah sepele bisa berdampak signifikan jika dibiarkan saja. Lebih baik diam, jika perkataan itu akan berujung pada perdebatan. Jika ada yang berkata bahwa kita itu mengikuti system yahudi, memang benar. Tapi tidak serta merta kita langsung menyalahkan saudara kita. Tetapi, lakukanlah kegiatan yang dapat mewarnai system tersebut dengan menyelipkan beberapa konsep ilmu yang kita pahami. Jangan sampai system itu yang mendominasi. Negeri kita, Indonesia adalah berbeda dengan Negara Arab Saudi tempat kelahiran para Nabi. Jadi jangan samakan berdakwah di Arab Saudi dengan Negeri kita sendiri, tetapi disesuaikan dengan kondisi negeri itu sendiri. Seperti yang saya katakana terlebih dahulu bahwa kita menyesuaikan cara kita dalam berdakwah agar dapat diterima dengan mudah oleh orang disekitar kita.
Apa yang kita lakukan juga harus kita fahami terlebih dahulu, karena jika sekedar mengikuti orang lain maka apa yang kita dapatkan hanya rasa kepatuhan tanpa memahami kita itu sebenarnya mematuhi aturan apa. Dalam hal ini, ikhlas tetap menjadi penguat perjuangan dan pengorbanan kita. Karena jika ikhlas itu hilang, maka apapun yang kita lakukan terasa berat, padahal tidak jika kita dapat menempatkan ikhlas dalam hati kita.
Kata-kata terkahir dan penutup, ikhlas itu adalah batas langit yang kita tidak pernah mengetahui ujung dari keihlasan itu. Ikhlas itu ibarat tiang yang tidak tampak. Ia kokoh menopang bintang. Ikhlas itu seperti matahari, ia member cahaya namun tak pernah menghitung dan memintanya kembali. Ikhlas itu sulit namun damai, bila ikhlas itu selalu ada bersama hati kita. Ikhlas tidak pernah menghitung apa yang ia berikan, namun ia akan terus berbagi.
Tetaplah istiqomah dan ikhlas dalam menjalankan amanah dan perjuangan itu. Yakinlah bhawa Allah selalu membimbing kita untuk menjalankan semuanya. Bertawakallah, karena Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hambaNYA.
Keep Istiqomah dan ikhlas …..^_^
luar biasa,, sesuai dan tepat sekali dgan keadaan,,salam kenal dan barakallah dengan ilmu n nasehatnya, dan izin saya untuk berbagi kata2 anda untuk teman seperjuanganQ di kampus yg menjadi cap aktivis dakwah.
BalasHapusMasyaAllah..Subhanallah.