Minggu, 08 Juli 2012

MENELADANI UMMU SULAIM

Ummu Sulaim yang memiliki nama lengkap Rumaisha binti Milhan, ibu Anas bin Malik, adalah salah satu wanita shalehah yang patut dijadikan teladan oleh kita para muslimah. Beliau adalah seorang wanita keturunan bangsawan dari kabilah Anshar suku Khazraj yang kaya dan jelita. Beliau dikenal memiliki otak yang sangat cerdas dan penuh kesabaran lagi indah akhlaqnya. Beliau menikah dengan pamannya yang bernama Malik bin Nadhar. Pada suatu ketika, singkat cerita Ummu Sulaim mengucapkan dua kalimat syahadat yang dibimbing oleh Rasulullah, hingga pada waktu itulah Ummu Sulaim dinyatakan sebagai muslim. Namun, suaminya sangat tidak menyetujui beliau masuk islam, karena dengan pernyataan beliau masuk islam, dianggap pemurtadan oleh suaminya. Sampai – sampai suaminya itu meninggalkan rumahnya dan keluarganya, yang saat itu Ummu Sulaim sedang masa penyusuan anaknya yang bernama Anas. Ternyata, takdir berkehendak lain, Malik akhirnya terbunuh oleh mushnya yang menghadang disaat dia keluar untuk memutuskan meninggalkan rumah selamanya. Namun, Ummu Sulaim tetap memiliki semangat untuk membesarkan dan mendidik anaknya, Anas bin Malik dengan cara yang islami.

Sampai tiba masanya ada seorang bangsawan yang ingin meminangnya, ia bernama Abu Thalhah. Namun, dengan kesucian hati dan ketinggian imannya kepada Allah, beliau tidak begitu saja menerima lamaran dari Abu Thalhah yang belum menjadi muslim pada waktu itu. Ketika Ummu Sulaim ditanya oleh Abu Thalhah mengenai alasannya menolak lamarannya, beliau hanya menjawab
"Tidak selayaknya saya menikah dengan seorang musyrik, ketahuilah wahai Abu Thalhah bahwa sesembahanmu selama ini hanyalah sebuah patung yang dipahat oleh keluarga fulan. Dan apabila engkau mau menyulutnya api niscaya akan membakar dan menghanguskan patung-patung itu."

Jawaban Ummu Sulaim sungguh sangat menghantam Abu Thalhah dan membuat beliau berpikir secara matang, bagaimana caranya agar dia tetap bisa meminang seorang wanita yang bernama Ummu Sulaim yang dikenal dengan kesholehannya dan kecantikan parasnya. Akhirnya Abu Thalhah datang kedua kalinya untuk menemui Ummu Sulaim dengan tujuan yang sama, yaitu meminang beliau. Namun, Ummu Sulaim tetap teguh pada pendiriannya dengan mengatakan:
"Sesungguhnya saya tidak pantas menolak orang yang seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Hanya sayang engkau seorang kafir dan saya seorang muslimah. Maka tak pantas bagiku menikah denganmu. Coba Anda tebak apa keinginan saya?"

Dengan penuh semangat, Abu Thalhah menjawab: "Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan," namun jawaban itu bertentangan dengan apa yang diinginkan oleh Ummu Sulaim, karena beliau menjawab "Sedikitpun saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan. Yang saya inginkan hanya engkau segera memeluk agama Islam."

Dengan tidak berpikir panjang lagi, akhirnya Abu Thalhah menemui Rasulullah untuk membimbingnya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut. Akhirnya, Menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah, sedangkan maharnya adalah keislaman suaminya. Hingga Tsabit –seorang perawi hadits- meriwayatkan dari Anas, "Sama sekali aku belum pernah mendengar seorang wanita yang maharnya lebih mulia dari Ummu Sulaim, yaitu keislaman suaminya." Selanjutnya mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang damai dan sejahtera dalam naungan cahaya Islam.
Tidak hanya kesucian dan kelembutan Ummu Sulaim, suaminya yang bernama Abu Thalhah pun adalah seorang Bangsawan yang Dermawan. Hal ini terbukti karena pada waktu itu beliau mendengar suatu ayat yang berbunyi:
"Sekali-kali belum sampai pada kebaktian yang sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai." (Ali Imran:92)

Mendengar ayat tersebut, maka beliau langsung menghampiri Rasulullah seraya berkata:
"Dan sesungguhnya harta yang paling saya cintai adalah tanah perkebunan Bairuha. Saat ini tanah itu saya sedekahkan untuk Allah dengan harapan akan mendapatkan ganjaran kebaikan dari Allah kelak. Maka pergunakanlah sekehendak Anda, wahai Rasulullah."

Dan bersabdalah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, "Bakh, bakh itu adalah harta yang menguntungkan dan saya telah mendengar perkataanmu tentang harta itu dan saya sekarang berpendapat sebaiknya engkau bagi-bagikan tanah itu untuk keluarga kalian."

Abu Thalhah pun menuruti perintah Rasululah dan membagi-bagikan tanah itu kepada sanak familinya dan anak keturunan pamannya. Tak berapa lama Alah memuliakan seorang anak laki-laki kepada pasangan berbahagia itu dan diberi nama Abu Umair.

Selang beberapa waktu kemudian, keduanya dianugerahi seorang putra. Baru berumur beberapa bulan, anak mereka ditimpa ujian sakit sampai anak tersebut menghembuskan nafas terkahirnya. Namun, Ummu Sulaim menganggap itu hanyalah titipan, jadi wajar jika Allah telah mengambilnya, karena itu bukan milik kita. Namun, beberapa waktu kemudian, keduanya dianugerahi kembali seorang putra yang diberi nama Abdullah bin Thalhah.  Dan subhanallah barakahnya ternyata tak hanya sampai di situ. Abdullah kelak di kemudian hari memiliki tujuh orang putra yang semuanya hafizhul Qur’an. Keutamaan Ummu Sulaim tidak hanya itu, Allah subhanahu wa ta’ala juga pernah menurunkan ayat untuk pasangan suami istri itu dikarenakan suatu peristiwa. Sampau Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam menggembirakannya dengan janji surga dalam sabdanya:

"Aku memasuki surga dan aku mendengar jalannya seseorang. Lantas aku bertanya "Siapakah ini?" Penghuni surga spontan menjawab "Ini adalah Rumaisha binti Milhan, ibu Anas bin Malik."
Sahabiyah Ummu Sulaim radhiallahu anha adalah salah seorang wanita utama yang meninggalkan jejak yang abadi di dalam sejarah Islam. Al Imam An-Nawawy Rahimahullah berkata tentang dirinya, ” Dia termasuk wanita-wanita yang utama” (Tahdzibul-Asma’, 2/363). 

Beliau seorang isteri yang solehah, daie yang bijaksana dan pendidik yang utama dengan cara menyerahkan anaknya ke madrasah Nubuwwah untuk menceduk ilmu dan hikmah langsung dari sumbernya sehingga anak beliau meraih gelar dan darjat yang tinggi di sisi Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam. 
Di samping itu, Ummu Sulaim radhiallahu anha juga seorang penghafal hadis Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau meriwayatkan empat belas hadis dari baginda, dua hadis Muttafaq Alaihi, satu hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan dua hadis diriwayatkan oleh Muslim.

Ummu Sulaim radhiallahu anha juga mendapatkan khabar gembira sebagai salah seorang nisa’ mubasysyarat bil jannah (wanita yang dijamin syurga). Khabar ini disampaikan melalui Anas bin Malik radhiallahu anhu yang menuturkan dari sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam, ”Aku masuk syurga lalu aku terdengar sebuah suara di hadapanku. Ternyata aku sedang berhadapan dengan Al-Ghumaisya’ bintu Milhan” [HR Bukhari]

Al-Ghumaisya’ dalam hadis di atas ialah Ummu Sulaim radiallahu anha. Sesungguhnya keberuntungan yang besar bagi diri sahabiyah utama ini atas keredhaan Allah dan kecintaan Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam terhadapnya.

Wallahu 'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar