Bibir tersenyum, hati
menangis itu akan melahirkan keterpaksaan dan ini adalah sebuah ironi
kehidupan bukan pilihan yang semestinya terjadi dan kita harus
menghentikan pilihan itu. Harta, pangkat jika semakin dikejar akan
semakin tak nyaman dibuatnya karena banyak merasa kurang dan tidak
bersyukur. Harta, pangkat itu ibarat kebutuhan pokok seperti makan,
minum jadi tidak boleh berlebihan dan terbawa nafsu. Dalam hal ini,
manusia harus dapat bekerja. Kerja adalah penurunan derajat kemanusiaan
serta sesuatu yang tidak terselesaikan dan hanya sebagian kecil dari
kita yang merasa puas dengan pekerjaan. Sementara banyak dari kita
menderita penghinaan yang besar dan kecil di lapangan pekerjaan.
Bekerjalah untuk dirimu seakan – akan engkau hidup untuk selamanya, dan
bekerjalah untuk akhiratmu seakan – akan engkau akan mati esok hari. Itu
sesuai anjuran Rasulullah. Jika kita senantiasa bersyukur maka kita
tidak akan mengalami apa itu dilemma.
Bibir tersenyum dan hati menangis itu menandakan diri kita dipaksa untuk menipu diri kita sendiri. Kita dipaksa bersikap ramah, sedangkan hati ini sedang merasa sulit untuk beramah tamah. Kita dipaksa untuk tersenyum bahagia, sementara hati kita menangis pilu karena adanya duka dan derita yang tidak diketahui oleh orang lain. Kita dipaksa untuk bersikap baik kepada orang yang tidak perlu dibaik – baiki. Kita dipaksa untuk mengerjakan sesuatu yang hati kita itu sebenarnya menolak untuk melakukannya. Kita dipaksa berbuat sesuatu yang bertentangan dengan hati, akal sehat dan nurani. Kita dipaksa dan diperintah untuk melaksanakan sesuatu yang membuat hati menjerit sendiri.
Kenapa kita dipaksa?
Dipaksa siapa?
Untuk hal – hal apa?
Ya, karena tekanan dan tuntutan hiduplah kita melakukan semuanya dengan perasaan bibir tersenyum dan hati menangis.
Tidak ada manusia yang mengalami dilemma. Besar tidaknya kita mengatasi keadaan dilematis tergantung dari seberapa kuat kita mampu mengalahkan kekuatan jiwa kita dan memenangkan pertempuran tersebut. Karena sesungguhnya musush sejati kita adalah diri kita sendiri (keinginan, motif, kecenderungan untuk mengikuti hawa nafsu). Apabila kita menang terhadap diri sendiri maka seberat apapun kondisi yang kita hadapi, hal itu tidak akan menjebak kita terhadap keadaan yang buruk. Tetapi jika kita kalah, maka kita akan terus – terusan dihadapkan pada situasi yang buruk. Sumber sejati persoalan kehidupan itu berada dalam diri kita sendiri dan factor luar itu adalah factor pendukung saja. Karena pangkal permasalahan setiap orang itu terletak pada hati, dan kita hanya terjebak dalam pikiran untuk dapat membandingkan dengan apa yang dipikirkan hati.
Solusi dari segala permasalahan tersebut adalah membersihkan hati dan pikiran kita dari sesuatu yang bersifat negatif, baik dari energy negative ataupun dari kekuatan negative. Jadi, untuk itu jadilah diri sendiri dan bukan memaksakan diri diluar kendali. Karena hal itu sama saja kita dikendalikan orang lain, jangan sampai seperti daunt alas yang hidupnya selalu mengambang dan terombang ambing. Tidak ada sesuatu yang luar biasa yang pernah diraih oleh mereka yang berani untuk percaya bahwa sesuatu didalam diri mereka lebih baik dibandingkan dengan keadaan (orang lain). Maka, jadilah diri sendiri maka kita akan menundukkan hidup kita dan menjadi diri sendiri berarti menjadi manusia muslim yang sejati serta jauh dari sifat kemunafikan. Orang yang telah menjadi dirinya sendiri adalah orang yang tidak akan mampu dipermainkan oleh situasi dan kondisi dan dia tidak akan mengalami dilemma dalam hidupnya.
sumber: buku bibir tersenyum, hati menangis (lupa pengarangnya siapa)
Bibir tersenyum dan hati menangis itu menandakan diri kita dipaksa untuk menipu diri kita sendiri. Kita dipaksa bersikap ramah, sedangkan hati ini sedang merasa sulit untuk beramah tamah. Kita dipaksa untuk tersenyum bahagia, sementara hati kita menangis pilu karena adanya duka dan derita yang tidak diketahui oleh orang lain. Kita dipaksa untuk bersikap baik kepada orang yang tidak perlu dibaik – baiki. Kita dipaksa untuk mengerjakan sesuatu yang hati kita itu sebenarnya menolak untuk melakukannya. Kita dipaksa berbuat sesuatu yang bertentangan dengan hati, akal sehat dan nurani. Kita dipaksa dan diperintah untuk melaksanakan sesuatu yang membuat hati menjerit sendiri.
Kenapa kita dipaksa?
Dipaksa siapa?
Untuk hal – hal apa?
Ya, karena tekanan dan tuntutan hiduplah kita melakukan semuanya dengan perasaan bibir tersenyum dan hati menangis.
Tidak ada manusia yang mengalami dilemma. Besar tidaknya kita mengatasi keadaan dilematis tergantung dari seberapa kuat kita mampu mengalahkan kekuatan jiwa kita dan memenangkan pertempuran tersebut. Karena sesungguhnya musush sejati kita adalah diri kita sendiri (keinginan, motif, kecenderungan untuk mengikuti hawa nafsu). Apabila kita menang terhadap diri sendiri maka seberat apapun kondisi yang kita hadapi, hal itu tidak akan menjebak kita terhadap keadaan yang buruk. Tetapi jika kita kalah, maka kita akan terus – terusan dihadapkan pada situasi yang buruk. Sumber sejati persoalan kehidupan itu berada dalam diri kita sendiri dan factor luar itu adalah factor pendukung saja. Karena pangkal permasalahan setiap orang itu terletak pada hati, dan kita hanya terjebak dalam pikiran untuk dapat membandingkan dengan apa yang dipikirkan hati.
Solusi dari segala permasalahan tersebut adalah membersihkan hati dan pikiran kita dari sesuatu yang bersifat negatif, baik dari energy negative ataupun dari kekuatan negative. Jadi, untuk itu jadilah diri sendiri dan bukan memaksakan diri diluar kendali. Karena hal itu sama saja kita dikendalikan orang lain, jangan sampai seperti daunt alas yang hidupnya selalu mengambang dan terombang ambing. Tidak ada sesuatu yang luar biasa yang pernah diraih oleh mereka yang berani untuk percaya bahwa sesuatu didalam diri mereka lebih baik dibandingkan dengan keadaan (orang lain). Maka, jadilah diri sendiri maka kita akan menundukkan hidup kita dan menjadi diri sendiri berarti menjadi manusia muslim yang sejati serta jauh dari sifat kemunafikan. Orang yang telah menjadi dirinya sendiri adalah orang yang tidak akan mampu dipermainkan oleh situasi dan kondisi dan dia tidak akan mengalami dilemma dalam hidupnya.
sumber: buku bibir tersenyum, hati menangis (lupa pengarangnya siapa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar