TULISAN INI DITULIS SETELAH SAYA SELESAI MELAKSANAKAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN SAYA PADA AGENDA MUSDA KAMMI DAERAH BANDUNG (14 JANUARI 2011)
Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan amanah dari seseorang.
Awalnya saya merasa berat, tapi setelah dipikir-pikir, sekalian ngerjain
skripsi, maka lakukanlah yang bermanfaat untuk orang lain walaupun itu
tidak seberapa.
4 hari yang lalu saya mendapatkan pelajaran
tentang mengenal karakter dari beberapa orang, banyak sekali karakter
orang-orang yang membuatku lucu dan tersenyum melihatnya. Mungkin hati
dan lidah ini tidak berbicara, tapi sikaplah yang berbicara. Walaupun
diam melihat karakter-karakter itu, hanya bisa tersenyum melihatnya.
Karena bingung mau ngomong apa.
4 hari yang lalu saya diamanahkan
menjadi PJ konsumsi musyawarah daerah kammi daerah bandung. Dalam hal
ini, saya menemukan berbagai jenis karakter seseorang. Dari sanalah saya
bisa belajar tentang lebih memahami karakter orang lain, dengan
berbagai karakter yang ditampilkannya. Dari cara menerima konsumsi saja
sudah terbaca bagaimana sikap atau sifat asli orang yang menerima
konsumsi itu. Berbagai macam karakter saya temukan. Setidaknya menjadi
pelajaran untuk saya kedepannya, semoga saya tidak seperti itu terhadap
orang lain dan Alhamdulillah sampai sekarang saya tidak pernah seperti
itu.
1. Orang yang ikhlas, tergambar dari cara beliau
menerima konsumsi yang diberikan oleh pihak koki dadakan, hehe.. dari
raut wajahnya, jika dia berkata “Alhamdulillah sudah masak” dan dia
mengkonsumsi apa yang sudah ada, dan menerima apa adanya, tidak banyak
komentar. Itulah orang yang ikhlas. Dan ketika ada yang tidak suka
dengan masakannya, beliau berkata “alhamdulillah, semoga Allah ridho”
karena, itu hanya penilaian manusia bukan penilaian Allah.
2.
Orang yang menghargai orang lain, tergambar dari saat menerima konsumsi
beliau tidak berkomentar “ih, kok masakannya ini sih, kenapa ga
ayam???” misalnya, yang disediakan itu sayur tumisan dan teman nasi
seadanya, yang memang masak sesuai bahan dan menu yang telah disiapkan.
Orang yang menghargai orang lain, beliau akan tetap mengambil konsumsi
itu tanpa berkata demikian, karena sudah tau bagaimana usaha para koki
dadakan itu menyiapkan masakan itu untuk tetap tersaji di meja makan.
Dan setelah disediakan, beliau mengucapkan “Alhamdulillah, terima kasih”
itu kata-kata yang sangat menghargai orang lain. Bukan kata-kata yang
menjatuhkan orang lain. Dan bukan malah meninggalkan makanan itu dengan
sia-sia. Itu khan sama saja dengan mencaci makanan juga. Padahal dalam
Al Qur’an saja tidak diperbolehkan mencaci makanan. Karena banya
orang-orang diluar sana yang memang tidak bisa makan sesuap nasi pun.
Mudah-mudahan semuanya memahami makna Al Baqarah: 172.
3.
Orang yang cepat tanggap, tergambar ketika ada orang lain yang sedang
membutuhkan langsung reaktif, dan langsung membantu dengan kongkrit.
khususnya pihak konsumsi. Bukan berkomentar tapi tidak solutif.
4.
Orang yang percaya pada orang lain, tergambar ketika pada saat memasak
dia percaya kalau yang masak itu bisa melakukan amanahnya dengan baik.
Bukan malah mencurigai dia tidak akan amanah menjalankan amanah itu.
Artinya tidak bisa masak, misalnya. Jadi ternyata tidak semua orang
memahami ilmu tsiqoh, karena sangat jarang menemukan orang yang kaya
gini di musda.
5. Orang yang sabar, ketika mendapat komentar
masakannya ini itu dan lain sebagainya dia tidak marah atau melankolis.
Tapi, sikapilah dengan tetap tersenyum dan hati yang lapang dengan
memahami bahwa karakter orang itu berbeda-beda. Dan ketika makanan belum
siap, tidak menuntut terus menerus, tapi membantu apa yang bisa
dibantu. Itu lebih kongkrit dibandingkan dengan kita terus menerus
menuntut sesuatu yang belum ada.
6. Penghibur, jika ada
pihak yang sedang merasakan sesuatu yang bertolak belakang dengan
hatinya, misalnya ada yang mengatakan sesuatu tentang masakannya, dia
malah membela si koki itu.
7. Orang yang menjaga perasaab
orang lain. Ini ketika menemukan sesuatu yang tidak disukai yang
berkaitan dengan konsumsi, tidak diutarakan didepan umum, cukup antara
satu pihak dengan pihak yang bersangkutan saja, jangan malah
mempermalukan di depan umum, karena itu akan menyakitkan perasaan orang
lain.
8. Toleransi, menghargai apa yang sudah dilakukan oleh
konsumsi dengan memaklumi jika terjadi kesalahan, misalnya telat karena
satu bahan belum ada atau peralatan belum tersedia. Bukan malah
menuntut konsumsi. Itu akan membebani.
Tapi dari semua karakter
yang ditunjukkan, saya jadi bisa belajar tentang memahami karakter orang
lin, ternyata karakter aktifis juga lucu. Jadi, ya memang semua orang
sama. Dan lebih diluruskan lagi, apa yang dilakukan oleh kita itu karena
Allah, sapapun yang menilai itu tidak berpengaruh oleh salah satu
pihak, karena semua yang dilakukan karena Allah semata dan yang berhak
menilai kinerja kita hanya Allah saja karena Allah Maha Pembalas segala
amal. Jadi lakukan yang terbaik walaupun dengan rasa ringan ataupun
berat, karena itu sudah hakikat dalam perjuangan. Seberapa besar kita
dapat berkorban untuk gerakan ini, luruskah niat kita hanya karena Allah
atau karena manusia? Oleh karena itu, luruskan niat, sempurnakan
ikhtiar.
Cukup hanya kita dan Allah saja yang tau jawabannya.
Semoga Allah rihdo dan selalu memudahkan jalan yang dilalui oleh kita
selama menempuh jalan yang terjal menuju perahu dakwah itu. Perahu
dakwah itu tetap berjalan walau hanya disokong oleh satu orang saja,
tetapi ketika tidak ada yang menyokong maka perahu tidak akan berjalan.
Yang berbeda adalah jika banyak orang yang menyokong perahu itu, maka
beban akan terasa ringan dibandingkan dengan disokong oleh satu orang.
Jadi, dalam berdakwah itu kita butuh kerjasama tim, bukan kerja individu
dan keegoisan masing-masing personal. Jika salah satu ada yang
tersakiti dan memerlukan bantuan, seorang kader yang baik adalah
langsung membantu sebisa mungkin dengan melakukan yang terbaik. Karena
kita adalah SUPER TEAM, Bukan SUPER MAN.
Ketika diri ini memiliki
kehendak dan kehendak itu akan mendzalimi sahabat kita sendiri, maka
lebih baik jangan dilakukan, karena ukhuwahlah dakwah itu bisa tetap
berjalan. Jika ukhuwah itu tidak ada, maka lama kelamaan dakwah itu
rapuh. Biarkan dakwah itu dinikmati oleh semua orang dan semua kalangan.
Tidak ada keegoisan dalam berdakwah, tidak ada penyakit hati. Karena
penyakit hati itulah yang akan meruntuhkan dakwah kita. Hanya kitalah
yang dapat menentukan dakwah ini hendak dibawa kemana. Hanya kitalah
yang menentukan arah perahu itu hendak dibawa kemana, dengan mengharap
pertolongan Allah semoga perahu itu sampai pada tujuan. Bangunlah terus
komunikasi dan ukhuwah, yang keduanya dapat meguatkan kinerja dakwah
kita.
Teruslah berjuang, karena dakwah itu perlu perjuangan dan
pengorbanan serta amal yang nyata. Bukan banyak bicara tetapi sedikit
amal. Tetapi banyak beramal dan bicaralah seperlunya. Buang jauh-jauh
kesia-siaan itu. Semoga Allah meridhoi dan memudahkan langkah kita dalam
berdakwah. Berikanlah walupun itu hanya sedikit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar