Minggu, 08 Juli 2012

BUKAN KARAKTER SEORANG KADER

Begitu banyak yang seolah-olah baik dimata manusia, padahal dibenci Allah, seperti perceraian. Begitu banyak pula mungkin sesuatu yang kita sukai dan kita anggap indah belum tentu indah dimata Allah. Saya menyadari begitu banyak kekurangan yang ada dalam diri ini, karena tidak sepatutnya diri ini kecewa kepada makhlukNYA, karena yang memang berhak kecewa pada makhlukNYA adalah Yang Maha Menciptakannya. Dan janganlah kamu menilai jelek saudaramu sendiri, karena bisa jadi seseorang atau sesuatu yang dianggap jelek olehmu, itu yang paling baik dan terbaik menurut Allah. Sangat banyak sesuatu yang tidak kita tahu, tetapi Allah tahu.
             Seperti halnya penempatan posisi seseorang dalam suatu amanah yang mungkin dimata manusia kurang sesuai, mungkin dimata Allah itu yang terbaik. Diri ini atau orang lain yang menentukan tidak berhak untuk menyatakan tidak pantas atau pantas, belum saatnya atau sudah saatnya, karena yang berhak menentukan adalah Allah. Kita hanya bisa menilai. Dan jangan pernah merasakan diri ini lebih hebat dari yang lain dan lebih kuat dari yang lain sehingga menjadikan sistem itu sebagai ajang persaingan. Sampai terjadi kelompok-kelompok tertentu dalam internal lembaga itu sendiri. Jadi, tidak boleh dalam suatu kelompok itu ada klaim sepihak tanpa kesepakatan bersama, karena penilaian kita belum tentu benar dimata Allah. Janganlah kamu sampai mempertahankan keegoanmu untuk kepentingan orang lain. Bukankah dakwah ini dapat dinikmati smeua kalangan. Jadi bangunlah komunikasi yang baik dengan orang-orang disekitar kita, jangan pernah merasa tinggi dengan apa yang kita miliki, semua jabatan, tahta, harta dan kecerdasan yang kita miliki belum ada apa-apanya dibandingkan dengan Nabi-Nabi yang Allah utus terdahulu untuk menyeru kebaikan pada manusia. Semuanya milik Allah maka akan kembali pada Allah. Maka zuhudlah, karena itu salah satu cara untuk mencegah kita dari perbuatan merasa tinggi dan besar atas yang telah diperbuat, padahal belum seberapa. Siapa kalian sebenarnya dan bagaimana kalian itu hanya Allah yang tahu. Jikalau sahabatmu sudah mengenalmu, mungkin saja ada sifatmu yang disembunyikan dari sahabatmu.
             Seringkali fenomena ketinggian hati itu terjadi pada seorang aktivis dakwah yang memang akan mengajak orang lain untuk mengenal keislaman lebih jauh dengan menyampaikan apa yang kita tahu, dan mampu. Tidak dipungkiri bahwa fenomena itu melebar menjadi suatu ambisi pribadi yang menginginkan suatu kekuasaan, bukankah amanah itu diterima, bukan meminta atau mencari posisi?
             Tsiqoh adalah modal utamanya. Jika kita tsiqoh dengan apa yang sudah ditentukan, maka kemampuan dan kemauan itu akan timbul dengan sendirinya. Amanah itu bukan saja diberikan kepada orang yang mau, tetapi kepada orang yang mampu menjalankan amanah itu. Kebobrokan suatu organisasi bukan terletak pada pemimpinnya, tetapi orang-orang yang ada dalam organisasi itulah yang dapat menentukan kuat atau tidaknya organisasi itu bertahan. Karena seorang pemimpin itu ibaratnya adalah puncak dari bangunan itu, bangunan itu tidak akan kokoh jika tidak adanya tiang-tiang yang menopangnya, dan jika tiang-tiang itu dalam hal ini ibaratnya para bawahan pemimpin itu, jika tiangnya roboh, maka otomatis bangunan itu juga akan roboh. Jadi, selain pemimpin yang kuat nan gigih, tetapi bawahannya juga harus lebih kuat pula, karena tidak akan berjalan suatu organisasi tanpa adanya campur tangan manajer dan staf yang ada didalamnya. Manajer itu mampu mengawasi kinerja staf dalam menjalankan amanahnya, jika tidak sesuai, maka manajer tersebut wajib membimbing stafnya tersebut. Seorang staf juga harus mengikuti tata tertib yang telah ditentukan oleh manajer, misalnya harus mnejalankan proker dengan baik, maka jalankanlah, dan ketika rapat harus tepat waktu, maka jalankanlah, serta kewajiban-kewajiban lain yang memang dijadikan pendukung untuk kinerja organisasi kedepannya.
              Tidak ada salahnya melihat tulisan diatas, jika tiang-tiang itu sudah mulai rapuh, maka harus siap digantikan dengan tiang yang baru yang lebih kokoh, maka seorang pemimpin harus mengambil posisi untuk melakukan perubahan tersebut. Cukuplah kecewa itu hanya milik Allah, karena Dialah yang menciptakan makhluk yang kita kecewai itu. Kita tidak pantas untuk kecewa dengan semua hasil atau makhluk yang diciptakannya, hal ini sama saja dengan kecewa terhadap apa yang diberikan Allah terhadap kita padahal apa yang diberikanNYA adalah selalu yang terbaik untuk hambaNYA. Beitupula dengan ujian.
             Banyak sekali ujian yang ditimpakan Allah terhadap makhlukNYA, ada yang dengan kekuasaannya, ada yang dengan tahtanya, ada yang dengan hartanya, ada yang dengan nafsunya, dana ada pula dengan keikhlasannya. Semuanya memiliki catatan tersendiri dimata Allah. Hanya Allah yang berhak menilai semuanya, bukan manusia.
Sepintas penilaian manusia tentang kekuasaan adalah dengan tanggungjawabnya, tahta yaitu apakah ada ambisi mendapatkan tahta tersebut atau sesuai permintaan manajer, jika ambisi kedepannya juga tidak akan benar, karena dari segi niat saja dia sudah menyalahi aturan, menerima tahta dengan disertai ambisi, pilih analisis kebutuhan. Ingat, Rasul tidak pernah mengajarkan tentang keserakahan tapi kezuhudan. Tak perlu tahta tapi tanggung jawab yang dibutuhkan. Bukan banyak bicara, tapi sedikit amal. Tapi banyak beramal, dan bicaralah seperlunya. Seseorang mungkin sulit menahan hawa nafsu, tetapi amanah yang kalian pikul itu bukan sekedar amanah seperti dalam teori organisasi dan dasar-dasar organisasi yang dipelajari di jurusan administrasi pendidikan, tetapi amanah itu adalah yang kita pelajari dalam Al Qur’an yang datang dari Allah, maka walaupun sedang menjalankan amanah, kita harus mengendalikan hawa nafsu, tidak perlu dijelaskan langkahnya seperti apa, karena kalian pasti sudah tau mana pilihan yang terbaik untuk mnejaga nafsu itu. Karena jika amanah itu dinodai dengan nafsu, maka hancurlah amanah itu, bukan hanya amanahnya tapi lembaga yang menaunginya pun ikut hancur, karena ingat kita maish ada dalam tiang itu, kita yang menentukan tiang itu apakah akan dilapukkan karena nafsu kalian tidak isa dikendalikan sehingga akan roboh ataukah tetap bersih seperti semula dengan menahan hawa nafsu. Hanya hati kalian yang bisa menjawab. Dan biarlah Allah yang menilai. Menjaga amanah bukan lantas terhenti dalam menjaga amanah saja, tetapi menjaga kemurnian jasmani dan rohani kitalah yang harus dijaga dengan baik, karena dia yang akan menjalankan amanah itu. Kita ibaranya hanya media yang dapat menyalurkan amanah tersebut. Ibaratnya jasmani dan rohani kita itu adalah bensin yang dapat mendukung keberjalanan amanah kita. Kemurnian bensin dan olinya akan berpengarush pada lajunya kendaraan kita. Kendaraan itu ibaratnya adalah amanah, dan jasad kita adalah supirnya. Maka semuanya harus baik-baik saja. Menjaga amanah sama dengan menjaga ruhiyah kita agar tetap terjaga. Maka beramallah dan bicaralah seperlunya tidak banyak bergurau. Maka berdiskusilah jangan banyak berinteraksi dengan lawan jenis jika tidak ada pelrunya, shaum sunnahlah karena itu akan menguatkan ruhiyahmu. Hanya Allah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hambaNYA. Bukanlah karaker seorang kader jika semua itu tidak bisa dijalankan dengan baik. Bukanlah karakter seorang kader, jika kita banyak kecewa atau mengecewakan orang lain, karena yang berhak memiliki sifat itu hanya ALLAH. Karena kita hanya makhlukNYA yang hina, bukan apa-apa dengan jenjang keorganisasian itu. Karena yang dinilai oleh Allah bukan itu, dan biarkan Allah yang menilai. Manusia hanya belajar dan mengambil hikmah.
Wallahu’alam BIsh Shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar