Minggu, 08 Juli 2012

QS YUNUS YANG INDAH

  Sungguh indah mentadaburi Al Qur’an. Ayat mana yang membuat kamu tersadarkan pada hari ini? Atau yang sudah membutamu tenang pada hari ini? Atau yang membuatmu bersih pada hari ini? Atau menjadikan kamu lebih baik pada hari ini? Semuanya hanya diri kitalah yang merasakan kejutan itu. Semuanya akan indah pada waktunya.Memahami Al Qur’an itu bukan terhenti sampai membaca, tetapi mengikuti apa yang disampaikan oleh Al Qur’an, diri ini dapat ketenangan. Karena dengan Al Qur’an dapat melenyapkan kecemasan dengan segenap rahmatNYA. Membuat kita semangat memperbaiki diri dan membuat kita tersadarkan diri. Semuanya dapat kita rasakan jika sudah memahami makna yang terkandung dalam kitab suci Al Qur’an.
              Sungguh banyak sekali ayat yang menggambarkan tentang segala kebaikan manusia. Dan segala sesuatu yang belum diketahui oleh manusia. Misalnya QS Yunus yang lebih dikhususkan pada ayat 57-58, dalam ayat tersebut terdapat mu’jizat didalamnya, tetapi mungkin banyak yang tidak mengetahuinya termasuk saya. Karena saya baru mengetahui isi kandungannya ketika mengikuti ceramah di salah satu masjid di Kota Bandung. Terdapat mu’jizat dalam kandungan ayat tersbeut, namun tidak banyak orang yang tersadarkan oleh mu’jizat itu. Ayat itu telah mengingatkan kita untuk menyeru pada manusia, tidak pandang buluh baik manusia itu beriman atau tidak beriman (hal ini tergambarkan dalam makna kalimat, “yaa ayyuhannaasu”, yang artinya wahai manusia, jadi dalam hal ini dapat diartikan jika kita hendak berdakwah kita tidak boleh eksklusif, karena islam tidak eksklusif, buktinya ayat ini mengajak semua kalangan, yaitu seluruh manusia. Dalam ayat ini dijelaskan pula bahwa akan datang kebenaran pada manusia itu, yaitu Al Qur’an yang memang diciptakan untuk mengobati segala penyakit, baik penyakit hati maupun fisik. Tetapi petunjuk ini ada syaratnya. Syarat untuk mendapatkan kenikmatan yang ada dalam Al Qur’an hanyalah orang-orang yang beriman. Ayat ini mengajak semua kalangan, tetapi tetap mengajak pada satu kebenaran secara tidak langsung. Kita harus belajar dari ayat ini, dalam berdakwah kita tidak boleh eksklusif tetapi harus menyiapkan persiapan yang matang untuk dapat diterima oleh semua kalangan karena dakwah itu harus dinikmati semua kalangan, baik muslim maupun non muslim. Jadi jangan menyalahkan suatu golongan jika sekarang sifatnya lebih terbuka, bisa jadi golongan tersebut sudah memaknai makna ayat ini sebelum kita. Mungkin ini sejarahnya kenapa sekarang kelompok itu menjadi terbuka, bukan meninggalkan jika kita kecewa tetapi kita mencari tau kenapa bisa seperti itu, supaya tidak timbul rasa su’udzan kita yang lain. Saya saja baru ngeh dari ayat ini kenapa jama’ah ini menjadi bersifat terbuka, karena mereka sudah memahami ayat ini sebelum saya. Karena saya baru memahami dengan pemahaman yang pas-pasan lagi, itupun saya dapat baru-baru ini, pada malam ahad kemaren.
             Dalam seruan kedua yang terdapat dalam ayat 58 yaitu menyeru bahwa dengan beriman pada Al Qur’an akan mendatangkan suatu kebahagiaan, syarat kebahagiaan itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang beriman, seperti yang disebutkan dalam ayat sebelumnya.
             Banyak sekali fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita, terutama kefuturan. Tidak memungkiri seseorang yang sudah beriman mengalami titik kefuturan karena Allah akan menguji kita lewat kelemahan kita. Jika kita lemah pada hawa nafsu maka kita akan diuji terus-terusan dengan hawa nafsu, jika kita belum lulus dengan ujian itu maka akan diuji terus-terusan dengan ujian yang sama. Jika kita lemahnya dalam harta, maka kita akan diuji terus-terusan dengan harta kita misalnya sering kehilangan harta atau lainnya, jika kita belum ikhlas maka Allah akan mengujinya berulang-ulang smapai kita merasakan keikhlasan itu. Begitupun jika kita lemah pada hawa nafsu, kita akan diuji terus menerus dengan hawa nafsu itu. Misalnya dengan lawan jenis, baik ikhwan maupun akhwat yang diuji perasaannya karena timbul perasaan yang terlarang, jika dia belum lulus dengan ujian itu, maka Allah akan terus-terusan mengujinya sampai ia dapat menghilangkan perasaan yang salah itu, dengan cara menahan gejolak tersebut. Jika kita belum bisa menahan gejolak itu, maka Allah akan menguji kekuatan kita terus menerus sampai kita dapat menahan gejolak itu. Jika kita lemah dengan waktu maka kita akan diuji dengan sesuatu hal yang berhubungan dengan waktu, misalnya banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia dengan melakukan hal yang sia-sia, Allah tidak akan mencabut ujian itu jika kita belum bisa meninggalkan seuatu yang sia-sia itu. Jika kita lemah dengan rasa sakit, maka kita akan diuji dengan rasa sakit kita, sampai kita merasakan bahwa rasa sakit itu tidak akan menjauhkan kita pada Allah baik disaat sehat maupun sakit. Sebenarnya ini tidak ada hubungannya dengan ayat Yunus diatas, hanya intermezo saja, tiba-tiba teringat dengan fenomena ini.
              Masih dalam QS Yunus:57-58, tentunya islam itu adalah agama mayoritas terutama di Indonesia kita tercinta ini. Tapi apakah kita dapat mempertanggungjawabkan keislaman kita. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa yang mendapat kenikmatan itu hanyalah orang-orang yang beriman. Dalam menyeru ajaran islam ditengah orang-orang kafir dan orang-orang yang mencela itu bukanlah hal yang aneh. Karena itu sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Jangan menyerah ketika apa yang kita seru itu malah mendapat cacian dan makian dari orang-orang yang tidak beriman maupun yang beriman, asalkan kita tetap berpegang teguh pada ajaran yang kita usung tersebut, dapat memegang pendirian. Tidak heran jika Allah menjuluki para ulama terdahulu dengan sebutan As Sabiqunal Awwalun, gelar ini diberikan kepada setiap orang mukmin yang dapat memegang teguh ajarannya walaupun diterima dengan cacian dan celaan, bahkan hinaan dari orang luar maupun orang dalam.
Selain itu, kita berbicara tentang rizqi, rizqi yang memang oleh Allah sudah dibatasi sesuai dengan jatah yang kita terima ketika di lauh mahfudz, rizqi yang diberikan kepada kita terbatas tetapi sesuai dengan kebutuhan dan kebaikan yang kita miliki. Rizqi yang sudah dijatahi oleh Allah tersebut, maka akan datang pada waktunya, jika jatahnya sudah habis maka Allah akan mencabut nyawa kita.
             Ada dua macam rizqi yang ada di dunia, yaitu yang pertama rizqi mulutazak (rizqi tambahan) yaitu rizqi yang diberikan Allah atas usaha kita. Misalnya dengan mencari nafkah atau ikhtiar lainnya termasuk mengamen, jadi berhenti untuk tidak member barang sedikitpun untuk pengamen, karena mereka hanya mencari nafkah Allah member nafkah dengan jalan nafkah yang seperti itu, yang penting halal kecuali jika mencuri, atau melakukan hal-hal dosa yang lainnya. Yang kedua adalah rizqi ghairu multazak (rizqi tak terduga), yaitu disaat kita memberikan sesuatu kepada orang lain dengan rasa ikhlas, maka Allah akan memberikan balasannya dengan apa yang lebih besar daripada apa yang kita berikan.
wallahua'lam bis shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar