Sungguh indah mentadaburi Al Qur’an. Ayat mana yang membuat kamu
tersadarkan pada hari ini? Atau yang sudah membutamu tenang pada hari
ini? Atau yang membuatmu bersih pada hari ini? Atau menjadikan kamu
lebih baik pada hari ini? Semuanya hanya diri kitalah yang merasakan
kejutan itu. Semuanya akan indah pada waktunya.Memahami Al Qur’an
itu bukan terhenti sampai membaca, tetapi mengikuti apa yang
disampaikan oleh Al Qur’an, diri ini dapat ketenangan. Karena dengan Al
Qur’an dapat melenyapkan kecemasan dengan segenap rahmatNYA. Membuat
kita semangat memperbaiki diri dan membuat kita tersadarkan diri.
Semuanya dapat kita rasakan jika sudah memahami makna yang terkandung
dalam kitab suci Al Qur’an.
Sungguh banyak sekali
ayat yang menggambarkan tentang segala kebaikan manusia. Dan segala
sesuatu yang belum diketahui oleh manusia. Misalnya QS Yunus yang lebih
dikhususkan pada ayat 57-58, dalam ayat tersebut terdapat mu’jizat
didalamnya, tetapi mungkin banyak yang tidak mengetahuinya termasuk
saya. Karena saya baru mengetahui isi kandungannya ketika mengikuti
ceramah di salah satu masjid di Kota Bandung. Terdapat mu’jizat dalam
kandungan ayat tersbeut, namun tidak banyak orang yang tersadarkan oleh
mu’jizat itu. Ayat itu telah mengingatkan kita untuk menyeru pada
manusia, tidak pandang buluh baik manusia itu beriman atau tidak beriman
(hal ini tergambarkan dalam makna kalimat, “yaa ayyuhannaasu”,
yang artinya wahai manusia, jadi dalam hal ini dapat diartikan jika
kita hendak berdakwah kita tidak boleh eksklusif, karena islam tidak
eksklusif, buktinya ayat ini mengajak semua kalangan, yaitu seluruh
manusia. Dalam ayat ini dijelaskan pula bahwa akan datang kebenaran pada
manusia itu, yaitu Al Qur’an yang memang diciptakan untuk mengobati
segala penyakit, baik penyakit hati maupun fisik. Tetapi petunjuk ini
ada syaratnya. Syarat untuk mendapatkan kenikmatan yang ada dalam Al
Qur’an hanyalah orang-orang yang beriman. Ayat ini mengajak semua
kalangan, tetapi tetap mengajak pada satu kebenaran secara tidak
langsung. Kita harus belajar dari ayat ini, dalam berdakwah kita tidak
boleh eksklusif tetapi harus menyiapkan persiapan yang matang untuk
dapat diterima oleh semua kalangan karena dakwah itu harus dinikmati
semua kalangan, baik muslim maupun non muslim. Jadi jangan menyalahkan
suatu golongan jika sekarang sifatnya lebih terbuka, bisa jadi golongan
tersebut sudah memaknai makna ayat ini sebelum kita. Mungkin ini
sejarahnya kenapa sekarang kelompok itu menjadi terbuka, bukan
meninggalkan jika kita kecewa tetapi kita mencari tau kenapa bisa
seperti itu, supaya tidak timbul rasa su’udzan kita yang lain. Saya saja
baru ngeh dari ayat ini kenapa jama’ah ini menjadi bersifat terbuka,
karena mereka sudah memahami ayat ini sebelum saya. Karena saya baru
memahami dengan pemahaman yang pas-pasan lagi, itupun saya dapat
baru-baru ini, pada malam ahad kemaren.
Dalam seruan
kedua yang terdapat dalam ayat 58 yaitu menyeru bahwa dengan beriman
pada Al Qur’an akan mendatangkan suatu kebahagiaan, syarat kebahagiaan
itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang beriman, seperti yang
disebutkan dalam ayat sebelumnya.
Banyak sekali
fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita, terutama kefuturan. Tidak
memungkiri seseorang yang sudah beriman mengalami titik kefuturan karena
Allah akan menguji kita lewat kelemahan kita. Jika kita lemah pada hawa
nafsu maka kita akan diuji terus-terusan dengan hawa nafsu, jika kita
belum lulus dengan ujian itu maka akan diuji terus-terusan dengan ujian
yang sama. Jika kita lemahnya dalam harta, maka kita akan diuji
terus-terusan dengan harta kita misalnya sering kehilangan harta atau
lainnya, jika kita belum ikhlas maka Allah akan mengujinya
berulang-ulang smapai kita merasakan keikhlasan itu. Begitupun jika kita
lemah pada hawa nafsu, kita akan diuji terus menerus dengan hawa nafsu
itu. Misalnya dengan lawan jenis, baik ikhwan maupun akhwat yang diuji
perasaannya karena timbul perasaan yang terlarang, jika dia belum lulus
dengan ujian itu, maka Allah akan terus-terusan mengujinya sampai ia
dapat menghilangkan perasaan yang salah itu, dengan cara menahan gejolak
tersebut. Jika kita belum bisa menahan gejolak itu, maka Allah akan
menguji kekuatan kita terus menerus sampai kita dapat menahan gejolak
itu. Jika kita lemah dengan waktu maka kita akan diuji dengan sesuatu
hal yang berhubungan dengan waktu, misalnya banyak waktu yang terbuang
dengan sia-sia dengan melakukan hal yang sia-sia, Allah tidak akan
mencabut ujian itu jika kita belum bisa meninggalkan seuatu yang sia-sia
itu. Jika kita lemah dengan rasa sakit, maka kita akan diuji dengan
rasa sakit kita, sampai kita merasakan bahwa rasa sakit itu tidak akan
menjauhkan kita pada Allah baik disaat sehat maupun sakit. Sebenarnya
ini tidak ada hubungannya dengan ayat Yunus diatas, hanya intermezo
saja, tiba-tiba teringat dengan fenomena ini.
Masih
dalam QS Yunus:57-58, tentunya islam itu adalah agama mayoritas terutama
di Indonesia kita tercinta ini. Tapi apakah kita dapat
mempertanggungjawabkan keislaman kita. Dalam ayat tersebut dijelaskan
bahwa yang mendapat kenikmatan itu hanyalah orang-orang yang beriman.
Dalam menyeru ajaran islam ditengah orang-orang kafir dan orang-orang
yang mencela itu bukanlah hal yang aneh. Karena itu sering terjadi dalam
kehidupan kita sehari-hari. Jangan menyerah ketika apa yang kita seru
itu malah mendapat cacian dan makian dari orang-orang yang tidak beriman
maupun yang beriman, asalkan kita tetap berpegang teguh pada ajaran
yang kita usung tersebut, dapat memegang pendirian. Tidak heran jika
Allah menjuluki para ulama terdahulu dengan sebutan As Sabiqunal
Awwalun, gelar ini diberikan kepada setiap orang mukmin yang dapat
memegang teguh ajarannya walaupun diterima dengan cacian dan celaan,
bahkan hinaan dari orang luar maupun orang dalam.
Selain itu, kita
berbicara tentang rizqi, rizqi yang memang oleh Allah sudah dibatasi
sesuai dengan jatah yang kita terima ketika di lauh mahfudz, rizqi yang
diberikan kepada kita terbatas tetapi sesuai dengan kebutuhan dan
kebaikan yang kita miliki. Rizqi yang sudah dijatahi oleh Allah
tersebut, maka akan datang pada waktunya, jika jatahnya sudah habis maka
Allah akan mencabut nyawa kita.
Ada dua macam rizqi
yang ada di dunia, yaitu yang pertama rizqi mulutazak (rizqi tambahan)
yaitu rizqi yang diberikan Allah atas usaha kita. Misalnya dengan
mencari nafkah atau ikhtiar lainnya termasuk mengamen, jadi berhenti
untuk tidak member barang sedikitpun untuk pengamen, karena mereka hanya
mencari nafkah Allah member nafkah dengan jalan nafkah yang seperti
itu, yang penting halal kecuali jika mencuri, atau melakukan hal-hal
dosa yang lainnya. Yang kedua adalah rizqi ghairu multazak (rizqi tak
terduga), yaitu disaat kita memberikan sesuatu kepada orang lain dengan
rasa ikhlas, maka Allah akan memberikan balasannya dengan apa yang lebih
besar daripada apa yang kita berikan.
wallahua'lam bis shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar