Ketika hati itu berkata
yakin, namun pikiran justru berkata ragu. Karena jasad ini lebih dekat
dengan pikiran kita, selalu saja apa yang yang dikatakan oleh pikiran
lah yang dituruti oleh jasad. Namun jasad sebenarnya sadar, jika
sebenarnya dia telah melakukan hal yang salah, tetapi dia tidak mau
mengakui karena dia masih dipengaruhi oleh pikiran. Dan hati pun menjadi
terabaikan. Tak jarang hati itu menangis dan merasa sendiri, karena apa
yang dia katakana itu tidak pernah didengarkan oleh jasad. Pikiran pun
selalu tertawa, karena ia selalu menang dalam pertarungan ini. Masalah
baru muncul jika perang dilemma tengah terjadi, namun peperangan dilemma
antara hati dan pikiran selalu dimenangkan oleh pikiran. Pertarungan
yang akan menyisakan tangis pada hati.
Keangkuhan telah menguasai pikiran, koordinasi menjadi hancur antara hati dan pikiran. Membuat suatu kemestian menjadi oleh karena badai itu terlalu besar menimpa hati. Hati pun mencari tempat peraduan, dalam kesunyianlah hati itu bisa merenung dengan bermuhasabah. Tidak jarang pikiranpun terpengaruh oleh apa yang dilakukan oleh hati, ia pun ikut merenung dan menyadari kesalahannya. Akhirnya istighfarlah yang dikatakan lisan karena lisan dan pikiran sudah bekerjasama menghancurkan hati. Dan hati berhasil mengajak bermuhasabah, sehingga terakuilah kesalahan yang selama ini diperbuat oleh mereka lisan dan pikiran. Lisan dan pikiran sering bekerjasama untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang dikatakan hati. Hati selalu sendiri berjalan dalam kesunyian, namun akhirnya hati itu menang dalam kesunyiannya itu.
Hati selalu bertanya pada cermin, dan cerminpun berkata sama dengan apa yang dikatakan hati. Dan jika bertemu cermin, pikiran dan lisan akan kalah terkalahkan oleh kekuatan yang dipancarkan cermin. Tidak ada keangkuhan dan kepalsuan yang terpancar oleh cermin, ia selalu menjadi mitra hati ketika hati berjalan sendiri dalam kesunyian. Maka lisan akan beristighfar.. astaghfirullahaladzim..
Keangkuhan telah menguasai pikiran, koordinasi menjadi hancur antara hati dan pikiran. Membuat suatu kemestian menjadi oleh karena badai itu terlalu besar menimpa hati. Hati pun mencari tempat peraduan, dalam kesunyianlah hati itu bisa merenung dengan bermuhasabah. Tidak jarang pikiranpun terpengaruh oleh apa yang dilakukan oleh hati, ia pun ikut merenung dan menyadari kesalahannya. Akhirnya istighfarlah yang dikatakan lisan karena lisan dan pikiran sudah bekerjasama menghancurkan hati. Dan hati berhasil mengajak bermuhasabah, sehingga terakuilah kesalahan yang selama ini diperbuat oleh mereka lisan dan pikiran. Lisan dan pikiran sering bekerjasama untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang dikatakan hati. Hati selalu sendiri berjalan dalam kesunyian, namun akhirnya hati itu menang dalam kesunyiannya itu.
Hati selalu bertanya pada cermin, dan cerminpun berkata sama dengan apa yang dikatakan hati. Dan jika bertemu cermin, pikiran dan lisan akan kalah terkalahkan oleh kekuatan yang dipancarkan cermin. Tidak ada keangkuhan dan kepalsuan yang terpancar oleh cermin, ia selalu menjadi mitra hati ketika hati berjalan sendiri dalam kesunyian. Maka lisan akan beristighfar.. astaghfirullahaladzim..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar